Jumat, 13 Maret 2009

Timor-timur, bagi kami


Suatu hari di tahun 1997, Mama saya mengatakan bahwa kami berdua akan liburan ke Timor – timur (TT). Waktu itu senang bangat rasanya soalnya ditahun sebelumnya Mama saya hanya berdua dengan Kakak saya berlibur kesana yang saat itu sempat membuat saya iri dan sebel sama kakak saya. Kenapa keluarga saya sering ke TT karena saudara kandung Mama banyak tinggal disana, Berlibur ke TT sangat menyenangkan keluarga saya sangat baik kami pasti di jamu dengan istimewa diantar ke tempat – tempat wisata, dibelikan baju baru, dikasih banyak uang hahahaha bagian ini yang paling saya sukai :)

Saudara kandung Mama ada 7 orang yang tinggal disana : ada Om Semi, Om Jhon, Om Ronald, Om rerung, Tante Putri, Tante ari dan Tante Aling mereka semua bekerja bahkan ikut membangun kota Dili, kebetulan beberapa diantara saudara Mama saya ini menjadi Kontraktor. TT akhirnya seperti kampung halaman kedua bagi keluarga kami . Hingga akhirnya petaka itu datang.

Kerusuhan di TT sangat membekas dihati kami, betapa tidak Keluarga harus meninggalkan Rumah dan Isinya begitu saja, apa yang yang mereka bangun dengan susah payah harus mereka lepas begitu saja, Salah satu Tante saya yang usaha Taxi harus menjualnya bagaikan menjual permen. Bayangkan kerugian yang harus keluarga pikul namun untungnya keluarga kami Masih punya keyakinan bahwa harta bisa dicari yang penting kita selamat dan mencari tempat tinggal yang baru. Akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke Sulawesi.

Namun ternyata di hari yang mereka sepakati untuk bersama- sama meninggalkan TT, Om saya tercinta, Om Rerung yang sedang menunggu pelantikannya sebagai camat menghilang.
hingga kini 13 Maret 2009 Om saya tercinta itu belum ditemukan, dulu setiap ada berita tentang TT di TV kami sekeluarga selalu konsentrasi melihat tayangan itu berharap Om kami itu tersorot kamera. Keluarga kami pun menyewa orang untuk pergi mencarinya ke TT tapi tidak ada hasilnya. Berita terakhir yang kami terima saat itu Beliau dengan beberapa temannya dinaikkan keatas sebuah kapal dengan mata ditutup kain hitam, cuma itu berita yang kami dengar. Dan kami juga tidak bisa memastikan kebenaran cerita itu.

Kami tidak menyalahkan siapapun untuk semua yang terjadi, kami tidak dendam kepada siapapun untuk itu semua karena kami tahu semua itu merupakan rencana Tuhan yang akhirnya selalu Indah. Karenanya suatu hari Nenek saya meminta kami mengadakan kebaktian khusus untuk Om tercinta bahwa kami menyerahkan semuanya ke Tangan Tuhan apapun yang terjadi kami tahu Tuhan ada bersama–sama dengannya.

untuk Omku sayang..
Ingat nggak dulu pernah dimarahi Papa gara-gara Om memelpon kami dan berkata “Anakku .. rangking di kelas itu tidak perlu, nilai juga yang biasa – biasa aja yang penting kalian naik kelas “ dan dengan polosnya Saya dan Kakak menceritakan apa yang Om katakana itu ke Papa dan Papa tentu saja marah besar, lagian Om iseng aja sih... Ingat nggak Om dulu waktu masih kecil saya suka main kuda–kudaan dengan Om.. nah Om pastinya jadi kuda tunggangan saya hehehhehehe
ah Om.... dimana pun kini Om berada .. I love u Om..

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah...orang timor timur..
Boleh diajak tuh...

Antiek mengatakan...

Maksudnya buat nyari Bro?.. Yang pasti Dia ada bersama dengan Omku saat ini... entah dimana..