Kata orang bijak, kalau mau liat kebaikan hati orang saat hidup perhatikan yang terjadi saat dia meninggal.
Kamis lalu sepulang kantor saya mampir belanja mingguan di satu swalayan, tiba-tiba suami saya mengabarkan neneknya (Kami memanggilnya Bu Es) yang di Semarang meninggal, jadi kami akan berangkat ke semarang malam itu juga. kebetulan di swalayan sekalian saya belanja untuk keperluan kesana.
Malamnya berangkatlah kami berdelapan, Saya, suami, Chiara, Oma beserta saudara-saudara Oma yang di Jakarta.
Di Rumah Semarang tinggal 3 orang Bu Es ( Nenek Suami), Suami (ke 2 jadi bukan kakek suami, Kakek suami sudah meninggal beberapa tahun yang lalu) dan seorang anak mereka, anak ini pintar menguasai 5 bahasa (Inggris, Jepang, Spanyol, Indonesia, Jawa) saking pintarnya dan terlalu disayang akhirnya mengalami sedikit ganguan Jiwa. jadi tidak bisa diandalkan sama sekali. Sesampai disana, Bu Es Sudah berkebaya Ungu dalam Peti yang dihiasi bunga-bunga, di dapur sudah tersedia banyak makanan, rumah sudah rapi, kursi-kursi sudah disusun rapi semua sudah siap sedia. menurut mba Nita, kakak suami yang sudah duluan disana, itu semua yang ngerjain para tetangga, mereka datang langsung rapat pembagian tugas trus langsung patungan sendiri untuk biayanya kemudian menyebar mengerjakan tugasnya masing-masing dan tadaaa.. semuanya beres.
Hebat ya.. bahkan kata mba Nita, karena semua keluarga jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba di Semarang, waktu di Rumah sakit biaya RS dan seluruh perlengkapan sampai penguburan totalnya 132 juta, karena Bu es dan suaminya pensiunan PLN yang 130jt itu ditanggung PLN sisanya 2 juta itu dalam sekejap para tetangganya itu patungan dan langsung menutup biaya RS itu.
Salut benar sama solidaritas para tetangganya itu, belum lagi mereka sepanjang hari kumpul di rumah duka, paling pulang sebentar ada yang sholat, beres-beres rumah, mandi trus ntar balik lagi ke Rumah duka. mereka saling menyambut yang datang bernostalgia bercerita tentang Bu Es yang kata mereka dulunya dipangil semok itu. kata mereka orangnya baik hati dan lemah lembut. saya setuju dengan mereka, walaupun saya baru 2 kali bertemu Bu Es.
Malamnya berangkatlah kami berdelapan, Saya, suami, Chiara, Oma beserta saudara-saudara Oma yang di Jakarta.
Di Rumah Semarang tinggal 3 orang Bu Es ( Nenek Suami), Suami (ke 2 jadi bukan kakek suami, Kakek suami sudah meninggal beberapa tahun yang lalu) dan seorang anak mereka, anak ini pintar menguasai 5 bahasa (Inggris, Jepang, Spanyol, Indonesia, Jawa) saking pintarnya dan terlalu disayang akhirnya mengalami sedikit ganguan Jiwa. jadi tidak bisa diandalkan sama sekali. Sesampai disana, Bu Es Sudah berkebaya Ungu dalam Peti yang dihiasi bunga-bunga, di dapur sudah tersedia banyak makanan, rumah sudah rapi, kursi-kursi sudah disusun rapi semua sudah siap sedia. menurut mba Nita, kakak suami yang sudah duluan disana, itu semua yang ngerjain para tetangga, mereka datang langsung rapat pembagian tugas trus langsung patungan sendiri untuk biayanya kemudian menyebar mengerjakan tugasnya masing-masing dan tadaaa.. semuanya beres.
Hebat ya.. bahkan kata mba Nita, karena semua keluarga jauh dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tiba di Semarang, waktu di Rumah sakit biaya RS dan seluruh perlengkapan sampai penguburan totalnya 132 juta, karena Bu es dan suaminya pensiunan PLN yang 130jt itu ditanggung PLN sisanya 2 juta itu dalam sekejap para tetangganya itu patungan dan langsung menutup biaya RS itu.
Salut benar sama solidaritas para tetangganya itu, belum lagi mereka sepanjang hari kumpul di rumah duka, paling pulang sebentar ada yang sholat, beres-beres rumah, mandi trus ntar balik lagi ke Rumah duka. mereka saling menyambut yang datang bernostalgia bercerita tentang Bu Es yang kata mereka dulunya dipangil semok itu. kata mereka orangnya baik hati dan lemah lembut. saya setuju dengan mereka, walaupun saya baru 2 kali bertemu Bu Es.
Btw, Puji Tuhan selama perjalanan Chiara anteng bangat. di Semarang juga anteng bangat. wah jadi semangat mau ngajak Chiara Jalan-jalan lagi .