Dalam seminggu ini ada 2 orang teman saya laki-laki dan perempuan yang curhat kesaya, dimana mereka sedang mencari Jodoh tapi yang bukan orang Toraja, padahal kedua teman saya ini lahir dan dibesarkan di Tana Toraja.
Saya juga tidak tahu pasti mengapa mereka mengatakan itu ke saya, mungkin karena saya menikah dengan yang bukan orang Toraja ya
Acara Adat di Tana Toraja masih didominasi Rambu Solo’ (Pesta Orang Mati) dan Rambu Tuka’ (Acara yang sukacita : Syukuran rumah, Pernikahan dan Lainnya). Tradisi di Tana Toraja apabila ada keluarga ataupun kenalan dekat yang sedang berduka atau bersuka maka kita akan sama-sama merasakannya caranya dengan datang berkumpul bersama membawakan Kerbau, Babi, Kue-kue, Tuak atau pun berupa uang. Sebaliknya jika nanti yang datang membawakan Rupa-rupa tadi mengalami rambu Tuka’ atau Solo’ maka gantian yang tadi dibawakan mengganti apa yang telah dibawakan itu dengan jenis yang sama. Mis: si A bawain kerbau si B bawain Babi nanti kalau si A ada acara juga maka akan dibawakan Kerbau juga nah kalau si B ada acara juga maka akan dibawakan Babi juga.
Nah kembali ke ke dua teman saya ini yang laki-laki berkata begini :“Bayangin saja kerja di tambang banting tulang, tapi gaji saya cuma habis buat bayar-bayar utang potong kerbau dari saya belum lahir nah kalau istri saya orang Toraja juga saya mau bayarin utang keluarganya pake apa?”
Sementara yang Wanita berkata begini:” Aduh cukup-cukup ya itu beli babi dan segala macam cuma untuk acara-acara begitu, lama-lama makin menjadi deh dulu aja di pesta kaya gitu orang masih minum air dimasak sekarang minumnya kudu tuak yang makin mahal, Bir, Softdrink sama Aqua Gelas, kebayang kalo punya suami orang Toraja juga berapa biaya tiap bulan yang harus aku siapkan”.
Itulah alasan kedua teman saya itu sementara saya sendiri yang menikah dengan orang yang bukan orang Toraja merasa biasa saja, yak karena memang Jodoh saya buka orang Toraja ya, kalau Jodoh saya orang Toraja mah saya juga ayo-ayo aja, sejauh ini sih saya ga pernah merasa berbeban ya untuk acara2 ptong-potong kerbau, babi dan lainnya, mungkin juga karena Mama saya bisa menghandle semuanya di Kampung saya, Mama saya juga yang tipe suka merepotkan anaknya padahal kan kemarin kami nikah di Toraja kebayang dong yang datang bawa Babi berapa orang hahahahhahahaha
Saya bangga menjadi orang Toraja, namun saya juga suka miris dengan beberapa orang yang ingin kelihatan terpandang hingga rela berutang untuk acara-acara yang menurut saya harusnya disesuaikan dengan keadaan keluarga kita, kalau memang tidak mampu ya sudah toh ga ada juga yang dipenjara karena ga ngadain pesta untuk keluarganya yang meninggal atau kalau untuk pernikahan ya tinggal pemberkatan aja di Gereja, ke catatan sipil udah deh beres.
Eh tapi bukan hanya di Toraja deh, di Jakarta juga banyak saya lihat gaya hidup konsumtif yang ingin keliatan wah padahal hutang kartu kredit sudah menumpuk, untungnya saya ga pake kartu kredit kalo sering utang dana darurat sih iya huahahahhahahahha
Saya juga tidak tahu pasti mengapa mereka mengatakan itu ke saya, mungkin karena saya menikah dengan yang bukan orang Toraja ya
Acara Adat di Tana Toraja masih didominasi Rambu Solo’ (Pesta Orang Mati) dan Rambu Tuka’ (Acara yang sukacita : Syukuran rumah, Pernikahan dan Lainnya). Tradisi di Tana Toraja apabila ada keluarga ataupun kenalan dekat yang sedang berduka atau bersuka maka kita akan sama-sama merasakannya caranya dengan datang berkumpul bersama membawakan Kerbau, Babi, Kue-kue, Tuak atau pun berupa uang. Sebaliknya jika nanti yang datang membawakan Rupa-rupa tadi mengalami rambu Tuka’ atau Solo’ maka gantian yang tadi dibawakan mengganti apa yang telah dibawakan itu dengan jenis yang sama. Mis: si A bawain kerbau si B bawain Babi nanti kalau si A ada acara juga maka akan dibawakan Kerbau juga nah kalau si B ada acara juga maka akan dibawakan Babi juga.
Nah kembali ke ke dua teman saya ini yang laki-laki berkata begini :“Bayangin saja kerja di tambang banting tulang, tapi gaji saya cuma habis buat bayar-bayar utang potong kerbau dari saya belum lahir nah kalau istri saya orang Toraja juga saya mau bayarin utang keluarganya pake apa?”
Sementara yang Wanita berkata begini:” Aduh cukup-cukup ya itu beli babi dan segala macam cuma untuk acara-acara begitu, lama-lama makin menjadi deh dulu aja di pesta kaya gitu orang masih minum air dimasak sekarang minumnya kudu tuak yang makin mahal, Bir, Softdrink sama Aqua Gelas, kebayang kalo punya suami orang Toraja juga berapa biaya tiap bulan yang harus aku siapkan”.
Itulah alasan kedua teman saya itu sementara saya sendiri yang menikah dengan orang yang bukan orang Toraja merasa biasa saja, yak karena memang Jodoh saya buka orang Toraja ya, kalau Jodoh saya orang Toraja mah saya juga ayo-ayo aja, sejauh ini sih saya ga pernah merasa berbeban ya untuk acara2 ptong-potong kerbau, babi dan lainnya, mungkin juga karena Mama saya bisa menghandle semuanya di Kampung saya, Mama saya juga yang tipe suka merepotkan anaknya padahal kan kemarin kami nikah di Toraja kebayang dong yang datang bawa Babi berapa orang hahahahhahahaha
Saya bangga menjadi orang Toraja, namun saya juga suka miris dengan beberapa orang yang ingin kelihatan terpandang hingga rela berutang untuk acara-acara yang menurut saya harusnya disesuaikan dengan keadaan keluarga kita, kalau memang tidak mampu ya sudah toh ga ada juga yang dipenjara karena ga ngadain pesta untuk keluarganya yang meninggal atau kalau untuk pernikahan ya tinggal pemberkatan aja di Gereja, ke catatan sipil udah deh beres.
Eh tapi bukan hanya di Toraja deh, di Jakarta juga banyak saya lihat gaya hidup konsumtif yang ingin keliatan wah padahal hutang kartu kredit sudah menumpuk, untungnya saya ga pake kartu kredit kalo sering utang dana darurat sih iya huahahahhahahahha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar